Badrun. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

JUDUL SKRPSI BIMBINGAN KONSELING


  1.  Pengaruh Layanan Informasi Jabatan Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Tulis Nama sekolah)
  2.  Hubungan Bimbingan Keluarga Dengan Disiplin Pada Siswa Kelas XI (Tulis Nama Sekolah)
  3.  Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Konsep Diri Siswa Kelas XI (Tulis Nama Sekolah) 
  4. Penagruh Bimbingan sosial Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa (Tulis Nama Sekolah) 
  5. Pengaruh nimbingan karier Terhadap Kemantapan Pemilihan Jurusan Pada siswa (Tulisa Nama Sekolah ) 
  6. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadapa Peningkatan  Sifat Percaya diri pada Siswa (Tulis Nama Sekolah) 
  7.  Penagruh Perhartian Orang Tua Terhadap sikap Percaya diri Siswa (Tulis Nama Sekolah) 
  8.  Hubungan Kepemimpinan Keluarga Yang Demokratis Dengan Kemandirian Siswa (Tulis Nama Sekolah)
  9.  Pengaruh komunikasi Orang Tua terhadap Perkembangan Sosial Anak (Tulis Nama sekolah)
  10.  Pengaruh bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Kesulitan belajar siswa (tulis nama sekolah)
  11.  Korelasi antara kesehatan fisik dengan sikap percaya diri pada siswa (tulis nama sekolah) 
  12. Hubungan Kemandirian Dengan Prestasi belajar pada Sisiwa (Tulis nama sekolah) 
  13. Korelasi Antara konsep diri dengan Prestasi Akdemik siswa (tulis nama sekolah) 
  14. Pengaruh intensitas komunikasi dalam keluarga terhadap kesetabilan emosi (tulis nama sekolah)
  15.  Pengaruh bimbingan kelompok terhadap kemampuan komunikasi antar pribadi siswa (tulis nama sekolah)
  16. Hubungan sifat profesional guru bimbingan dan konseling terhadap penyesuaian diri pada siswa (tulis nama sekolah)

           Judul Skripsi Di atas Lengkap Dengan File
          Bagi yang berminat Hubungi NO. 087863650090


           Harga 2 JT Lengkap

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEWIRAUSAHAAN

A. Hakikat dan Konsep Dasar Kewirusahaan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
2. Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
3. Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan
4. Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahanperubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
5. Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam system ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
6. Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
7. Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
8. Peter F. Drucker
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
9. Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bias bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.
Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek financial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)
B. Ciri dan Watak Wirausaha
Ø  Ciri-ciri dan watak kewirausahaan
1. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimise
2. Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif
3. Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
4. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
5. Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6. Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan munculnya produk baru arau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
Ø  Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) :
1. Lokus pengendalian internal
2. Tingkat energi tinggi
3. Kebutuhan tinggi akan prestasi
4. Toleransi terhadap ambiguitas
5. Kepercayaan diri
6. Berorientasi pada action
Ø  Karakteristik Wirausahawan (Masykur W)
1. Keinginan untuk berprestasi
2. Keinginan untuk bertanggung jawab
3. Preferensi kepada resiko menengah
4. Persepsi kepada kemungkian berhasil
5. Rangsangan untuk umpan balik
6. Aktivitas Energik
7. Orientasi ke masa depan
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian
9. Sikap terhadap uang
Ø  Wirausahawan yang berhasil mempunyai standar prestasi (n Ach) tinggi. Potensi kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur, Winardi)
1. Kemampuan inovatif
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
3. Keinginan untuk berprestasi
4. Kemampuan perencanaan realistis
5. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
6. Obyektivitas
7. Tanggung jawab pribadi
8. Kemampuan beradaptasi (Flexibility)
9. Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
10. Tingkat komitmen tinggi (survival)
D. Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)
1. Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-transformasi atraktif
2 Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur
3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship
Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain. Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977)
E. Proses Kewirausahaan
Tahap-tahap Kewirausahaan Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
a) Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
b) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan"
Tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
c) Mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
d) Mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007: 10 – 12) :
1. proses inovasi
2. proses pemicu
3. proses pelaksanaan
4. proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
a. mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
b. pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
c. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
d. kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
e. organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
f. kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
g. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
F. Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28)
a. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
b. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
c. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik disbanding sebelumnya.
d. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
e. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
f. Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
g. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
h. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA



Konsep Dasar Bimbingan Dan Konseling Keluarga
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga
bahagia.Ikatan bathin merupakan ikatan yang bersifat psikologis.
 Tujuan Umum
            Tujuan umum dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.    Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
2.  Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh, baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
3.    Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
4.   Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain.
5.      Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga menjadi maksimal.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus konseling keluarga adalah sebagai berikut
1.      Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota – anggota keluarga terhadap cara – cara yang istimewa atau keunggulan anggota – anggota lain.
2.      Mengembangkan toleransi terhadap anggota –anggota keluarga yang mengalami frustasi / kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau diluar sistem keluarga.
3.      Mengembangkan motif dan potensi – potensi setiap anggota keluarga dengan cara mendorong,memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut.
4.      Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota – anggota lain.
Tahapan Bk Keluarga
1. Tahap Awal.
2. Tahap Inti (Tahap Kerja)
3. Akhir (Tahap Tindakan)
 Konselor Keluarga
Agar mampu mewujudkan tujuan konseling keluarga, maka seorang konselor keluarga hendaknya memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.      Memiliki kemampuan berfikir cerdas, berwawasan yang luas, serta komunikasi yang tangkas dengan penerapan moral yang laras dengan penerapan teknik-teknik konseling yang tangkas
2.      Etika professional, yakni kemampuan memahami dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah pelayanan konseling yang dipadukan dalam hubungan pelayanan konseling terhadap anggota keluarga
3.      Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga
4.  Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan latihan untuk memiliki keterampilan khusus.
5.      Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga den kehidupan berkeluarga.
6.      Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling keluarga.
7.      Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.
1)      Teknik Umum Dan Khusus Dalam Konseling Keluarga
A.    Tekhnik Umum
·         Perilaku attending
Perilaku attending yang baik dapat meningkatkan harga diri klien,menciptakan suasana yang nyaman dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas
·         Eksplorasi
Teknik untuk menggugah perasaan.pikiran,dan pengalaman klien.hal ini penting di lakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin,menutup diri,atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya
·         Menangkap pesan (paraphrasing)
Teknik untuk menyatakan kembali inti ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien,mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana
·         Pertanyaan terbuka
Teknik memancing klien agar mau berbicara mengungkapakan perasaan,pengalaman dan pemikirannya
·         Empati
Kemampuan konselor untuk merasakan apa yang di rasakan oleh klien merasa dan berfikir bersama klien
·         Refleksi
Teknik utntuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non-verbal
B.     Tekhnik khusus
Teknik teknik khusus yang di kembangkan dari berbagai pendekatan konseling seperti pendekatan behaviorisme,rasional emotif,latihan asertif,pembentukan perilaku model,permainan dialog dan bermain peran.
C.    Peran konselor Dalam Konseling Keluarga
Peran konselor dalam membantu klien dalam konseling keluarga yaitu :
·         Konseor menolak pembuatan penilaian dan membantu menjadi congruence dalam respon-respon anggota kelompok
·         Konselor berperan menjadi “facilitative a confortable”,membantu kien melihat secara jelas dan objektif dirinya dan tindakan-tindakan sendiri
·         Membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa untuk bertanggung jawab
·         Konselor menjadi penengah dari pertentangan
D.    Keterampilan-keterampilan Yang Perlu Di kuasai Dalam Konselinhg Keluarga
·         Keterampilan mendengar
Untuk memperoleh informasi yang di katakan oleh klien
·         Keterampiln membina hubungan yang baik
Dapat dilakukan dengan menjalin kerja sama menunjukan tanda perhatian dan memberika respon positif berupa pujian,dukungan
·         Bertanya efektif
Menggunakan intonasi suara yang menunjukan perhatian,menggunakan kata-kata yang mudah di pahami klien,mengajukan pertanyaan satu persatu dan menunggu jawaban dengan penuh perhatian
·         Pengamatan dan penafsiran
Pengamatan adalah berbagai tingkah laku yang biasa di dengar,ssedangkan penafsiran/interprestasi adalah kesan yang kita berikan pada apa yang kita lihat dan di dengar 
·         Kemampuan bertanya
Mengajukan pertanyaan kepada klien untuk memperoleh informasi baik dari klien maupun keluarga
Keterampilan dasar yang umum di gunakan konselor dalam melakukan proses konseling yaitu :
·         Opening
Pada awal pertemuan konseling,konselor membuka pertemuan dengan menciptakan rapport (hubungan yang erat antara konselor dengan klien)menerima dengan tulus.
·         Lead
Mengarahkan/memimpin dalam kegiatan konseling              
·         Resurance
Konselor mendukung apa yang di katakan klien,dengan kata klien konselor dapat memberikan penguatan kepada klien
·         Advice
Keterampilan ini merupakan keterampilan memberi nasehat kepada klien agar klien menjadi jelas,lebih tenang apa yang hendak ia lakukan
·         Confrontation
Keterampila yang di gunakan untuk menujukan kesenjangan yang membuat klien menjadi tidak berkembang.Konselor menghadapi klien yang plin-plan,tidak konsisten

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS